Kecerobohan di Balik Bus Blora

Hari masih pagi. Rupanya matahari belum memancarkan sinarnya. Namun jalanan sudah mulai sibuk. Lalu lintas tidak sepi lagi. Banyak anak sekolah menuju tempat sekolahnya dengan wajah berbinar-binar. Begitu juga dengan aku, berdiri di pinggir trotoar untuk menunggu bus.
Ketika bus blora datang didepanku ku lambaikan tanganku agar bus itu berhenti. Namun sayang, hari ini aku kurang beruntung. Bus yang berkapasitas 15 tempat duduk terisi penuh oleh penumpang. Apalagi tempat yang untuk berdiri di dalam itu juga penuh dengan penumpang. Aku hanya mendapatkan tempat di mulut pintu bus. Bus blora mulai berangkat. Bus melaju dengan kencang. Karena aku di mulut pintu bus aku bisa merasakan kencangnya angin bercampur embun di pagi hari.
“Bang, lebih kencang lagi!” kata kernet kepada supirnya. Teriakan kernet yang keras sekali dibelakangku membuat gendang telingaku ingin pecah. Aku tak mengerti apa yang dia bicarakan. Biasanya ketika bus mendapatkan penumpang, bus tersebut akan merapat ke tepi jalan dan mengambil penumpang itu. Tapi aneh, ketika ada banyak penumpang di tepi jalan yang sedang menunggu bus, kernet itu semakin keras berteriak untuk lebih kencang kepada sopir. Aku hanya bisa diam, terpaku di mulut pintu bus. Aku tak mengerti, apa yang dilakukan kernet itu. Penasaran yang terus menyelimuti hatiku. Akhirnya rasa penasaran itu terjawab, suara angin yang keluar dari ban bus belakang terdengar ditelingaku. Bus semakin oleng dan akhirnya bus merapat di tepi jalan. Aku turun dari bus itu dan aku lihat ban belakang bus itu. Ternyata bannya bocor sangat parah. Semua penumpang panik dalam bus. Dengan tidak banyak bicara kernet bus membawa sebuah dongkrak dari bagasi belakang. Diletakkannya dongkrak itu di bagian bawah bus dan ia tidak menghiraukan akibatnya. Angin dari ban terus keluar dan beban dari penumpang didalam membuat bus semakin menurun.
“Tolong……. Tolong……… tolong……… kepalaku terjepit!” teriak kernet minta tolong yang terjepit pinggiran bus ketika ingin keluar dari bus.
Aku tidak bisa apa-apa. Tidak mungkin aku mengangkat bus yang terisi penuh dengan penumpang. Kernet itu terus minta tolong kesakitan. Akhirnya penumpang bus yang kebanyakan adalah anak sekolah turun dengan berdesak-desakan. Ada beberapa warga yang sedang berada ditepi jalan itu. Mereka melihat kita dan akhirnya mereka mau menolong kernet itu. Mereka membantu mengangkat bus. Dengan sekuat tenaga para relawan, akhirnya kepala kernet yang terjepit itu bisa keluar dengan selamat.
Waktu semakin mendekati pukul tujuh pagi. Aku tidak bisa lama-lama menunggu bus yang terkena musibah itu. Aku harus segera pergi dari tempat itu menuju ke sekolah. Tibalah penyelamat jiwaku, sebuah bus blora lainnya datang dihadapanku. Akhirnya aku naik di bus itu. Didalam bus aku merenung atas kejadian tadi. Sebuah kecerobohan pasti akan mendapatkan jalan buntu. Itulah yang aku jadikan sebuah pelajaran dalam hidupku.

0 Response to "Kecerobohan di Balik Bus Blora"

Posting Komentar